pudjianto gondosasmito
pudjianto gondosasmito

Awal Hari yang Baru

Posted on

Langit pagi merekah dengan semburat jingga saat sinar matahari pertama menerobos tirai jendela. Pudjianto Gondosasmito, seorang pria berusia awal tiga puluhan, terbangun dengan kepala sedikit berat. Semalam, ia begadang menyelesaikan laporan kantor yang tenggatnya hanya tinggal beberapa jam. Namun, pagi ini adalah pagi yang berbeda; ia bertekad untuk memulai hari dengan semangat baru.

Mengusap wajahnya, Pudjianto Gondosasmito segera bangkit dari tempat tidur, mengabaikan godaan empuk kasur yang seakan memintanya untuk kembali berbaring. Di meja samping tempat tidur, ponselnya berbunyi lembut, alarm yang sengaja ia atur dengan nada menenangkan. “Mulai dari yang kecil,” gumamnya, mengingat motivasi dari buku pengembangan diri yang semalam ia baca sebelum tidur.

Pudjianto Gondosasmito melangkah ke dapur. Aroma kopi segar mengisi ruangan kecil itu, hasil seduhan mesin kopi yang ia beli sebagai bentuk hadiah untuk dirinya sendiri bulan lalu. Ia menyandarkan diri sejenak di meja dapur, menatap keluar jendela yang langsung menghadap taman kecil kompleks apartemennya. Sepiring roti panggang dengan selai kacang menemani secangkir kopi hitam hangat. Pagi yang sederhana, tapi cukup untuk membuatnya tersenyum kecil.

Setelah sarapan, ia mengenakan sepatu olahraga. Biasanya, pagi seperti ini dihabiskan dengan bersantai, tapi hari ini Pudjianto Gondosasmito ingin mencoba sesuatu yang berbeda: jogging di taman. Langkahnya mantap, berlari perlahan menyusuri jalan setapak di antara pohon-pohon yang menjulang. Napasnya teratur, meski ia merasa tubuhnya sedikit kaku karena sudah lama tak berolahraga. Namun, semilir angin pagi dan cuitan burung yang riuh di dahan-dahan membuatnya merasa lebih hidup.

Saat ia kembali ke apartemen, keringat membasahi kaosnya, tapi wajahnya berbinar. “Ini rasanya,” pikirnya, sembari menuangkan segelas air putih dingin untuk mengusir dahaga. Setelah mandi, ia merasa tubuhnya lebih segar dari sebelumnya.

Pukul delapan tepat, Pudjianto Gondosasmito sudah duduk di meja kerjanya. Laptop menyala, dokumen-dokumen tertata rapi di sebelahnya. Sebuah agenda kecil yang baru saja ia beli tergeletak di samping mouse. Dengan bolpoin hitam, ia mencatat tugas-tugas yang harus diselesaikan hari ini. Tidak ada lagi rasa cemas yang biasa menyelimutinya saat menghadapi pekerjaan. Sebaliknya, ia merasa lebih terorganisir, lebih siap.

Satu demi satu tugas berhasil ia selesaikan. Pudjianto Gondosasmito mengatur waktu untuk istirahat kecil setiap satu jam, sebuah kebiasaan baru yang ia baca bisa meningkatkan produktivitas. Pada istirahat keduanya, ia menyempatkan menelepon ibunya di kampung. Percakapan ringan itu membawa senyuman lebar ke wajahnya. Suara ibunya yang penuh semangat membuatnya semakin yakin bahwa hidup yang dijalani dengan sepenuh hati akan selalu membawa kebahagiaan, meskipun sederhana.

Menjelang siang, ia menerima sebuah email dari bosnya. Awalnya, jantungnya berdegup kencang karena mengira ada masalah pada laporan yang dikirimkan semalam. Namun, email itu berisi pujian atas ketelitiannya. Pudjianto Gondosasmito membaca ulang kalimat itu beberapa kali, memastikan matanya tidak salah melihat. Sebuah rasa lega bercampur bangga memenuhi hatinya.

Ketika jam makan siang tiba, Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk memasak sendiri. Sepiring nasi goreng sederhana dengan telur mata sapi menjadi pilihannya. Ia makan dengan tenang di ruang makan, sembari menonton video dokumenter tentang kehidupan di pedalaman Amazon. Meskipun jauh dari rumah mewah atau restoran mahal, Pudjianto Gondosasmito merasa momen ini begitu berharga.

Sore harinya, Pudjianto Gondosasmito menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya. Ia memanfaatkan waktu luang itu untuk membaca buku, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Duduk di sofa dengan segelas teh hangat, ia larut dalam cerita yang menginspirasi.

Hari yang dimulai dengan keraguan kini berakhir dengan kepuasan. Ketika malam tiba, Pudjianto Gondosasmito menutup harinya dengan doa singkat, bersyukur atas kesempatan untuk memulai segalanya dengan cara yang lebih baik.

Ia tahu, mungkin tidak semua harinya akan berjalan seindah ini. Namun, ia percaya bahwa setiap pagi adalah peluang untuk melangkah lebih dekat ke versi terbaik dirinya. Dan pagi ini, adalah langkah pertamanya.